Kamis, 15 Juli 2010

BABAK PALING KELAM

Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits Rasulullah saw yang memuat ringkasan sejarah umat Islam sejak awal hingga mendekati yaumul Qiyamah.
“Masa kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, lalu Allah mengangkatnya, setelah itu dating masa kekhalifahan mengikuti manhaj kenabian, selama bebapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, lalu Allah mengangkatnya. Setelah itu datang masa raja-raja yang menggigit selama beberapa masa, hingga waktu yang ditentukan Allah, lalu Allah mengangkatnya. Setelah itu datang masa raja-raja yang memaksakan kehendak dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah. Setelah itu akan terulang kembali kekhalifahan mengikuti manhaj kenabian. Kemudian Beliau terdiam”. (Hadis Hasan Riwayat Imam Ahmad).

Babak pertama, An-Nubuwah (kenabian). Umat hidup bersama nabi akhir zaman sejak awal beliau diutus hingga berpulang ke Rahmatullah. Berlangsung hanya 23 tahun, namun penuh berkah. Jazirah Arab yang semula tenggelam dalam dzulumaatil-jahiliyah (kegelapan jahiliyah) berubah 180 derajat menjadi masyarakat bermartabat, hidup dibawah naungan nur al-Islam, cahaya agung agama Allah swt.

Babak kedua, Khalifatul ‘ala Minhaj An-Nubuwwah (kekhalifahan mengikuti pola/manhaj kenabian). Umat dipimpin langsung para sahabat utama, khulafaa ar_rasyidin (para khalifah yang terbimbing), Abu Bakar Ash-Siddiq, Umar Ibnul Khattab, Ustman bin ‘Affan dan Ali bi Abi Thalib (semoga Allah meridhai keempatnya tanpa kecuali). Berlangsung 30 tahun. Banyak sekali kebaikan di dalamnya kendati fitnah mulai mewarnainya dibagian akhir penghujung babak.

Babak ketiga, Mulkan ‘Aadh-dhon (raja-raja yang menggigit). Umat masih dipimpin oleh para khalifah yang tetap menjadikan Al-Islam sebagai sumber dari segenap sumber nilai hukum. Namun sayang, pola suksesi antar khalifah menggunakan sistem warisan keluarga secara turun-temurun. Mereka dijuluki para raja, namun masih ’menggigit’ islam. Berbeda dengan khulafaa ar_Rasyidin yang ’menggenggam’ islam. Ibarat naik gunung dengan tali, lebih mantap menggenggamnya daripada menggigitnya. Pada babak ini kualitas umat lebih rendah daripada babak sebelumnya, tapi masih banyak mengandung banyak kebaikan. Sekurangnya umat masih memiliki suatu wadah tungal ’jama’atul muslimin’ dengan khalifah selaku imam. Berlangsung sangat lama, kira-kira 13 abad. SubhanaAllah. Tiga kerajaan besar mewarnainya, Daulat Bani Ummayah, Daulah Bani Abbasiyyah dan Kesultanan Ustmani Turki. Ia runtuh tahun 1924 M atau 1342 H.

Babak keempat, Mulkan Jabriyyan (raja-raja yang memaksakan kehendak). Inilah era dimana umat menjadi laksana anak-anak ayam kehilangan induk. Jangankan kaum muslimin memimpin dunia, bahkan mereka menjadi umat yang diarahkan (baca: dieksploitasi) oleh umat lainnya. Inilah babak paling kelam dalam sejarah Islam. Allah gilir kepeminpinan dunia dari kaum mu’minin kepada kaum kafirin. Inilah zaman kita sekarang. There are the Darkest Ages of the Islamic History. Dunia menjadi morat-marit sarat fitnah. Nilai-nilai jahiliyah modern mendominasi kehidupan. Para penguasa mengatur masyarakat bukan dengan bimbingan wahyu Ilahi, melainkan hawa nafsu pribadi. Pada babak inilah tegaknya sistem dajjal. Berbagai lini kehidupan umat manusia diatur dengan Dajjalic values (nilai-nilai dajjal). Segenap urusan dunia dikelola dengan nilai-nilai matrealisme, baik politik, sosial, ekonomi, budaya, medis, pertahanan-keamanan, militer bahkan keagamaan. Masyarakat kian dijauhkan dari pola hidup bedasarkan manhaj Kenabian.

Bahkan fitnah paling dahsyat yakni keluarnya dajjal yang diperingatkan Nabi saw bakal sangat mungkin muncul dibabak ini. Pada babak ini pula Allah beri kesempatan musuh-musuh Islam, seperti yahudi dan kaum musyrikin berlaku zalim dan sewenang-wenang. Maka, jangan heran bila banyak konspirasi terjadi di masa ini.

Tapi dengan sabar, istiqomah dan optimisme, insya Allah kita jelang babak kelima yakni tegaknya kembali Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah (kekhalifahan mengikuti pola/manhaj Kenabian). Apa yang saat ini tidak terbayangkan bukan berarti mustahil mewujud. Sebab riwayat diatas bukan sekedar amalan Nostrodamus atau Joyoboyo yang layak disangsikan kebenarannya. Ia merupakan ucapan seorang manusia yang dilegalisir Allah swt dalam kitabNya.

”Dan tiadalah yang diucapkannya(Rasulullah Muhammad saw) itu menurut kemaun hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diturunkan (kepadanya). (qs An-Najm : 3-4)

Kapan babak heppy ending (khusnul khatimah) itu bakal muncul tidaklah penting. Asalkan secara sadar dan aktif kita terlibat dalam program menjemputnya. Jangan sampai tanpa sengaja kita malah turut mengawetkan berlangsungnya babak keempat (Mulkan Jabriyyan), yakni babak paling kelam ini.